Jumat, 05 Februari 2016

Filosofi busana pengantin jawa tengah



Baju Pengantin Adat Jawa Tengah

Sesuai dengan adat budaya masyarakat Jawa Tengah yang penuh dengan tata krama dan etika, pakaian adat dan baju pengantin adat Jawa Tengah banyak mengandung filosofi mendalam tentang kesopanan dan berbagai harapan baik bagi kedua mempelai agar berbahagia dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama pasangan. Kain batik yang dikenakan oleh kedua mempelai pun merupakan perlambangan dari doa untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan ketentraman.



                                          Baju pengantin khas Jawa Tengah (Chandrarini)



Ciri khas busana pengantin Jawa Tengah yang pada umumnya diwakili oleh masyarakat Yogyakarta dan Solo pada umumnya merupakan busana dodotan atau kemben dengan kain batik yang langsung dibalutkan pada tubuh pengantin wanita tanpa mengenakan kebaya terlebih dahulu. Pengantin pria pun tak mengenakan beskap melainkan celana dan kain batik.

Aksesori yang dikenakan oleh kedua mempelai dengan pakaian adat Jawa Tengah ini memang terkesan megah dengan untaian melati dan berbagai hiasan keemasan. Mempelai wanita mengenakan sanggul tradisional dengan tusuk konde berjumlah 9, dan mempelai pria menyelipkan keris yang juga berhias roncean melati pada bagian belakang kain yang dikenakan.


Sumber :
http://fashionmodelku.com/ciri-khas-baju-pengantin-adat-jawa/ Diakses pada tanggal 5 februari 2016

Poto busana pengantin jawa tengah

Busana pengantin jawa tengah






Makna dan Filosofi Pakaian Adat Jawa Tengah (Kebaya Kartinian dan Kain Jarik Batik)


Makna dan Filosofi Pakaian Adat Jawa Tengah (Kebaya Kartinian dan Kain Jarik Batik)

Sepintas Mengenal Tentang Kebaya dan Sejarahnya

            Kebaya merupakan jenis busana yang dipakai oleh kalangan wanita Jawa, khususnya di lingkungan budaya Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah. Biasanya disertai kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen. Baju kebaya dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan maupun kalangan rakyat biasa baik sebagai busana sehari-hari maupun pakaian upacara. Pada busana upacara seperti yang dipakai oleh seorang garwo dalemmisalnya, baju kebaya menggunakan peniti renteng dipadukan dengan kain sinjang atau jarik corak batik, bagian kepala rambutnya digelung (sanggul), dan dilengkapi dengan perhiasan yang dipakai seperti subang, cincin, kalung dan gelang serta kipas biasanya tidak ketinggalan. Untuk busana sehari-hari umumnya wanita Jawa cukup memakai kemben yang dipadukan dengan stagen dan kain jarik. Kemben dipakai untuk menutupi payudara, ketiak dan punggung, sebab kain kemben ini cukup lebar dan panjang. Sedangkan stagen dililitkan pada bagian perut untuk mengikat tapihan pinjung agar kuat dan tidak mudah lepas.

Baju Kebaya adalah pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang dibuat dari kain kasa yang dikenakan dengansarung, batik, atau pakaian tradisional yang lain seperti songket dengan motif warna-warni. Asal kata kebaya berasal dari kata arab abaya yang berarti pakaian. Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat (http://ms.wikipedia.org/wiki/Baju_kebaya, diakses Rabu, 26 September 2012). Sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.


Kebaya Khas Jawa Tengah

            Kebaya merupakan busana tradisional yang umumnya telah dikenal di seluruh Indonesia, namun kebaya lebih identik dipakai oleh wanita-wanita Jawa. Model dan jenis kebaya nya pun berbeda disetiap daerah yang tersebar diseluruh wilayah Jawa. Jawa Tengah memiliki model kebaya tersendiri, kebaya yang biasa dipakai wanita jawa tengah biasanya model kebaya Solo/ Surakarta. Solo merupakan daerah yang dikenal sebagai wilayah keraton dan kerajaan yang masih kental dengan nuansa-nuansa kerajaan. Kebaya khas jawa tengah pada umumnya adalah kebaya yang terbuat dari kain beludru hitam, brokat, atau nilon. Dewasa ini, baju kebaya panjang merupakan pakaian untuk upacara perkawinan. Kebaya panjangkebanyakan terbuat dari kain beludru hitam atau merah tua, yang dihiasi pita emas di tepi pinggiran baju. Kain jarik batik yang berlipat (wiron) tetap diperlukan untuk pakaian ini, tetapi biasanya tanpa memakai selendang. Sanggulnya dihiasi dengan untaian bunga melati dan tusuk konde dari emas. Sedangkan, perhiasan yang dipakai juga sederhana, yaitu sebuah sisir berbentuk hampir setengah lingkaran yang dipakai di sebelah depan pusat kepala. Baju kebaya panjang yang dipakai sebagai busana upacara biasa, maka tata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan tusuk konde.

Kebaya model R.A Kartini juga termasuk dalam kebaya khas Jawa Tengah. Kebaya R.A Kartini ini merupakan kebaya yang masih sangat menganut adat-istiadat orang Jawa. Kebayanya dibuat dari berbagai jenis bahan katun, baik yang polos satu warna seperti merah, putih, kuning, hijau, biru dan sebagainya maupun bahan katun atau brokat yang berbunga atau bersulam, menggunakan stagen sebagai ikat pinggang. Kalangan wanita di Jawa, biasanya baju kebaya mereka diberi tambahan bahan berbentuk persegi panjang di .bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung (kuthubaru).


Filosofi Kebaya

            Bagi seorang wanita Jawa, kebaya bukan hanya sebagai sebatas pakaian. Lebih dari itu kebaya juga menyimpan sebuah filosofi tersendiri. Sebuah filosofi yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Keberadaan kebaya di Indonesia bukan hanya sebagai menjadi salah satu jenis pakaian. Kebaya memiliki makna dan fungsi lebih dari itu. Bentuknya yang sederhana bisa dikatakan sebagai wujud kesederhaan dari masyarakat Indonesia. Nilai filosofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang harus serba lembut. Kebaya selalu identik dipasangkan dengan jarik atau kain yang membebat tubuh. Kain yang membebat tubuh tersebut secara langsung akan membuat siapapun wanita yang mengenakannya kesulitan untuk bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya mengapa wanita Jawa selalu identik dengan pribadi yang lemah gemulai.

Menggenakan kebaya akan membuat wanita yang mengenakannya berubah menjadi seorang wanita yang anggun dan mempunyai kepribadian. Potongan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh mau tidak mau akan membuat wanita tersebut harus bisa menyesuaikan dan menjaga diri. Setagen yang berfungsi sebagai ikat pinggang, bentuknya tak ubah seperti kain panjang yang berfungsi sebagai ikat pinggang. Namun justru dari bentuknya yang panjang itulah nilai-nilai filosofi luhur ditanamkan, merupakan symbol agar bersabar/jadilah manusia yang sabar, erat kaitannya dengan peribahasa jawa “dowo ususe” atau panjang ususnya yang berarti sabar.


Sekilas Tentang Kain Batik dan Sejarahnya

Kata Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”(www.wikipedia.com). Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.

Tradisi falsafah Jawa yang mengutamakan pengolahan jati diri melalui praktek-praktek meditasi dan mistik dalam mencapai kemuliaan adalah satu sumber utama penciptaan corak-corak batik tersebut selain pengabdian sepenuhnya kepada kekuasaan raja. Motif-motif batik tidak sekedar gambar atau ilustrasi saja namun motif-motif batik tersebut dapat dikatakan ingin menyampaikan pesan, karena motif-motif tersebut tidak terlepas dari pandangan hidup pembuatnya, dan lagi pemberian nama terhadap motif-motif tersebut berkaitan dengan suatu harapan.

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta. Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.


Batik Motif Khas Jawa Tengah (Solo & Yogyakarta)

            Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

            Motif-motif batik Yogya-Solo dan filosofinya antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Truntum/trutul

Motif ini melambangkan cinta yang bersemi kembali. Dalam pemakaianya motif ini melambangkan orang tua yang menuntun anaknya dalam upacara pernikahan sebagai pintu menjalankan kehidupan baru yaitu kehidupan rumah tangga yang sarat godaan. Diharapkan motif ini akan menjadikan kehidupan pernikahan menjadi langgeng diwarnai kasih sayang yang selalu bersemi. Kegunaan batik Truntum/trutul: Untuk orang tua pengantin pada waktu upacara panggih. Filosofi batik Truntum: Truntum berarti menuntun, sebagai orang tua berkewajiban menuntun kedua mempelai memasuki hidup baru atau berumah tangga yang banyak liku-likunya.

2.      Wahyu Tumurun

Filosofi Wahyu Tumurun : Wahyu berarti anugerah, temurun berarti turun, dengan menggunakan kain ini diharapkan mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta mendapat petunjukNya.

3.      Sido Luhur

Motif Sida Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain, atau perkataannya sangat bermanfaat kepada orang lain tentu itu akan lebih baik daripada perkataannya tidak bisa dipegang orang lain dan tidak dipercaya orang lain. Orang yang sudah bisa dipercaya oleh orang lain adalah suatu bentuk keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran.

4.      Sido Mukti

Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/ menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

5.      Buntal

Filosofi batik dengan motif buntal adalah semangat persatuan dan kesatuan. Karena dahulu merupakan jaman perang melawan penjajah, pesan yang ingin disampaikan dalam motif ini adalah kuatkan barisan jangan sampai tercerai berai. Selalu komunikasi antar kelompok satu dengan yang lainnya.


6.      Parang Barong

Ada juga yang memaknai  bahwa motif batik ini berasal dari kata “batu karang” dan “barong” (singa). Parang Barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya motif ini hanya boleh digunakan untuk Raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi. Ada juga yang memaknai bahwa parang berasal dari senjata seperti golok panjang.

Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang Rusak Barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri. Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.

7.      Parang Rusak

Selain parang barong, jenis motif parang lainnya adalah Parang Rusak. Motif ini hanya digunakan oleh para bangsawan pada masa dahulu untuk upacara-upacara kenegaraan di lingkungan kraton. Motif ini sampai sekarang masih tetap terjaga. Pada jaman dahulu, Parang Rusak biasanya digunakan prajurit setelah perang, untuk memberitahu Raja bahwa mereka telah memenangkan peperangan. Menurut Koeswadji, sesuai dengan arti kata, Parang Rusak mempunyai arti perang atau menyingkirkan segala yang rusak, atau melawan segala macam godaan. Motif ini mengajarkan agar sebagai manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat mengendalikan segala godaan dan nafsu.


Sumber :

http://duniasosbud.blogspot.co.id/2012/10/makna-dan-filosofi-pakaian-adat-jawa_6.html Diakses pada tanggal 5 februari 2016

Pakaian adat jawa tengah dan perlengkapan

PAKAIAN ADAT JAWA TENGAH

Pakaian Adat Jawa Tengah dan Perlengkapan


Jenis busana dan kelengkapannya yang dipakai oleh kalangan wanita Jawa, khususnya di lingkungan budaya Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah adalah baju kebaya, kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen. Baju kebaya dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan maupun kalangan rakyat biasa baik sebagai busana sehari-hari maupun pakaian upacara. Pada busana upacara seperti yang dipakai oleh seorang garwo dalem misalnya, baju kebaya menggunakan peniti renteng dipadukan dengan kain sinjang atau jarik corak batik, bagian kepala rambutnya digelung (sanggul), dan dilengkapi dengan perhiasan yang dipakai seperti subang, cincin, kalung dan gelang serta kipas biasanya tidak ketinggalan.

Untuk busana sehari-hari umumnya wanita Jawa cukup memakai kemben yang dipadukan dengan stagen dan kain jarik. Kemben dipakai untuk menutupi payudara, ketiak dan punggung, sebab kain kemben ini cukup lebar dan panjang. Sedangkan stagen dililitkan pada bagian perut untuk mengikat tapihan pinjung agar kuat dan tidak mudah lepas.

Dewasa ini, baju kebaya pada umumnya hanya dipakai pada hari-hari tertentu saja, seperti pada upacara adat misalnya. Baju kebaya di sini adalah berupa blus berlengan panjang yang dipakai di luar kain panjang bercorak atau sarung yang menutupi bagian bawah dari badan (dari mata kaki sampai pinggang). Panjangnya kebaya bervariasi, mulai dari yang berukuran di sekitar pinggul atas sampai dengan ukuran yang di atas lutut. Oleh karena itu, wanita Jawa mengenal dua macam kebaya, yaitu kebaya pendek yang berukuran sampai pinggul dan kebaya panjang yang berukuran sampai ke lutut.

Kebaya pendek dapat dibuat dari berbagai jenis bahan katun, baik yang polos dengan salah satu warna seperti merah, putih, kuning, hijau, biru dan sebagainya maupun bahan katun yang berbunga atau bersulam. Saat ini, kebaya pendek dapat dibuat dari bahan sutera, kain sunduri (brocade), nilon, lurik atau bahan-bahan sintetis. Sedangkan, kebaya panjang lebih banyak menggunakan bahan beludru, brokat, sutera yang berbunga maupun nilon yang bersulam. Kalangan wanita di Jawa, biasanya baju kebaya mereka diberi tambahan bahan berbentuk persegi panjang di .bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung.

Baju kebaya dipakai dengan kain sinjang jarik/ tapih dimana pada bagian depan sebelah kiri dibuat wiron (lipatan) yang dililitkan dari kiri ke kanan. Untuk menutupi stagen digunakan selendang pelangi dari tenun ikat celup yang berwarna cerah. Selendang yang dipakai tersebut sebaiknya terbuat dari batik, kain lurik yang serasi atau kain ikat celup. Selain kain lurik, dapat juga memakai kain gabardine yang bercorak kotak-kotak halus dengan kombinasi warna sebagai berikut: hijau tua dengan hitam, ungu dengan hitam, biru sedang dengan hitam, kuning tua dengan hitam dan merah bata dengan hitam. Kelengkapan perhiasannya dapat dipakai yang sederhana berupa subang kecil dengan kalung dan liontin yang serasi, cincin, gelang dan sepasang tusuk konde pada sanggul.

Baju kebaya panjang biasanya menggunakan bahan beludru, brokat, sutera maupun nilon yang bersulam. Dewasa ini, baju kebaya panjang merupakan pakaian untuk upacara perkawinan. Dan umumnya digunakan juga oleh mempelai wanita Sunda, Bali dan Madura. Panjang baju kebaya ini sampai ke lutut, dapat pula memakai tambahan bahan di bagian muka akan tetapi tidak berlengkung leher (krah). Pada umumnya kebaya panjang terbuat dari kain beludru hitam atau merah tua, yang dihiasi pita emas di tepi pinggiran baju. Kain jarik batik yang berlipat (wiron) tetap diperlukan untuk pakaian ini, tetapi biasanya tanpa memakai selendang. Sanggulnya dihiasi dengan untaian bunga melati dan tusuk konde dari emas. Sedangkan, perhiasan yang dipakai juga sederhana, yaitu sebuah sisir berbentuk hampir setengah lingkaran yang dipakai di sebelah depan pusat kepala. Baju kebaya panjang yang dipakai sebagai busana upacara biasa, maka tata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan tusuk konde.

Mengenai teknik dan cara membuat baju kebaya sangat sederhana. Potongan dan model kebaya Jawa, yang juga dipakai di Sumatera Selatan, daerah pantai Kalimantan, Kepulauan Sumbawa, dan Timor sebenarnya serupa dengan blus. Baju ini terdiri dari dua helai potongan, yaitu sehelai bagian depan dan sehelai lagi potongan bagian belakang, serta dua buah lengan baju. Modelnya dapat ditambah dengan sepotong bahan berbentuk persegi panjang yang dipakai sebagai penyambung antara kedua potongan bagian muka.

Pada bagian badan kebaya dipotong sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan krup. Ini dimaksudkan agar benar-benar membentuk badan pada bagian pinggang dan payudara dan sedikit melebar pada bagian pinggul. Sedangkan, lipatan bawah bagian belakang dan samping harus sama lebarnya dan menuju ke bagian depan dengan agak meruncing. Lengkung leher baju menjadi satu dengan bagian depan kebaya. Lengkung ini harus cukup lebar sehingga dapat dilipat ke dalam untuk vuring kemudian dilipat lagi keluar untuk membentuk lengkung leher. Semua potongan tersebut dapatdikerjakan dengan mesin jahit ataupun dijahit dengan tangan.
Sedangkan busana di kalangan pria, khususnya kerabat keraton adalah memakai memakai baju
beskap kembang-kembang atau motif bunga lainnya, pada kepala memakai destar (blankon), kain samping jarik, stagen untuk mengikat kain samping, keris dan alas kaki (cemila). Busana ini dinamakan Jawi Jangkep, yaitu busana pria Jawa secara lengkap dengan keris.

Meskipun seni busana berkembang baik di lingkungan keraton, tidak berarti busana di lingkungan rakyat biasa tidak ada yang khas. Busana adat tradisional rakyat biasa banyak digunakan oleh petani di desa. Busana yang dipakai adalah celana kolor warna hitam, baju lengan panjang, ikat pinggang besar, ikat kepala dan kalau sore pakai sarung. Namun pada saat upacara perkawinan, bagi orang tua mempelai biasanya mereka memakai kain jarik dan sabuk sindur. Bajunya beskap atau sikepan dan pada bagian kepala memakai destar.
Busana Basahan
Salah satu jenis busana adat yang terindah dan terlengkap di Indonesia terdapat di keraton Surakarta, Jawa Tengah. Sebab, tiap-tiap jenis busana tersebut menunjukkan tahapan-tahapan tertentu dan siapa si pemakaiannya. Dalam adat busana perkawinan misalnya, seorang wanita dan pria kalangan keraton mengenakan beberapa jenis busana, yang disesuaikan dengan tahapan upacara, yaitu midodareni, ijab, panggih dan sesudah upacara panggih. Pada upacara midodareni, pengantin wanita memakai busana kejawen dengan warna sawitan. Busana sawitan terdiri dari kebaya lengan panjang, stagen dan kain jarik dengan corak batik. Sedangkan pengantin prianya memakai busana cara Jawi Jangkep, yang terdiri dari baju atela, udeng, sikepan, sabuk timang, kain jarik, keris dan selop.

Saat upacara ijab, busana yang dipakai pengantin wanita adalah baju kebaya dan kain jarik, sedangkan pengantin pria memakai busana basahan. Busana basahan pengantin pria disini terdiri dari kuluk matak petak, dodot bangun tulak, stagen, sabuk lengkap dengan timang dan cinde, celana panjang warna putih, keris warangka ladrang dan selop.
Begitu pula pada upacara panggih kedua mempelai memakai jenis busana yang sudah ditetapkan. Pengantin wanita memakai busana adat bersama, basahan. Busana basahan adalah tidak memakai baju, melainkan terdiri dari semekan atau kemben, dodot bangun tulak atau kampuh, sampur atau selendang sekar cinde abrit dan kain jarik cinde sekar merah. Semekan atau kemben terbuat dari kain batik dengan corak alas-alasan warna dasar hijau atau biru dengan hiasan kuning emas atau putih. Kemben disini berfungsi sebagai pengganti baju dan pelengkap untuk menutupi payudara. Kain dodot yang menggunakan corak batik alas-alasan panjangnya kira-kira 4-5 meter, dan merupakan baju pokok dalam busana basahan. Selendang cinde sekar abrit terbuat dari kain warna dasar merah dengan corak bunga hitam dan kain jarik cinde sekar abrit terbuat dari kain gloyar, warna dasar merah yang dihiasi bunga berwarna hitam dan putih. Cara mengenakan kain ini seperti kain jarik tetapi tidak ada lipatan (wiron). Sama halnya dengan pengantin wanita, pengatin pria pun memakai busana adat basahan, berupa dodot bangun tulak, terdiri dari kuluk matak biru muda, stagen, sabuk timang, epek, dodot bangun tulak, celana cinde sekar abrit, keris warangka ladrang, kolong karis, selop dan perhiasan kalung ulur.

Pada upacara panggih ini, biasanya kedua mempelai pengantin melengkapi busana basahan dengan aneka perhiasan. Perhiasan yang biasa digunakan oleh mempelai pria adalah kalung ulur, timang/epek, cincin, bros dan buntal. Sedangkan bagi pengantin wanita, perhiasan yang biasa dipakai adalah cunduk mentul, jungkat, centung, kalung, gelang, cincin, bros, subang dan timang atau epek.
Berbeda dengan tahapan upacara sebelumnya, pada upacara setelah panggih, pengantin wanita memakai busana kanigaran, yaitu terdiri dari baju kebaya, kain jarik, stagen dan selop. Sedangkan pengantin pria menggunakan busana kepangeranan, yang terdiri dari kuluk kanigoro, stagen, baju takwo, sabuk timang, kain jarik, keris warangka ladrang dan selop.
Sebagai kelengkapan, dalam busana adat perkawinan, maka baik pengantin wanita maupun pria biasanya dirias pada bagian wajah dan sanggul. Tujuannya adalah agar mempelai wanita kelihatan lebih cantik dan angun dan pengantin pria lebih gagah dan tampan. Bagi pengantin pria, cara meriasnya tidak sedemikian rumit dan teliti sebagaimana pengantin wanita yang harus dirias pada bagian wajahnya mulai dari muka, mata, alis, pipi dan bibir.

Busana Jawa baik pakaian sehari-hari maupun pakaian upacara sangat kaya akan ragam hias yang tak jarang memiliki makna simbolik dibaliknya. Jenis ragam hias yang dikenal di daerah Surakarta maupun Jogyakarta adalah kain yang bermotifkan tematema geometris, swastika (misalnya bintang dan matahari), hewan (misal : burung, ular, kerbau, naga), tumbuh-tumbuhan (bunga teratai, melati) maupun alam dan manusia. Motif geometris diantaranya adalah kain batik yang bercorak ikal, pilin, ikal rangkap dan pilin ganda. Motif berupa garis-garis potong yang disebut motif tangga merupakan simbolisasi dari nenek moyang naik tangga sedang menuju surga. Bahkan motif yang paling dikenal oleh masyarakat Surakarta adalah motif tumpal berbentuk segi tiga yang disebut untu walang, yang melambangkan kesuburan.
Pada busana-busana khusus untuk upacara perkawinan dikenal juga motif pada batik tulis, seperti kain sindur dan truntum yang dipakai oleh orang tua mempelai. Sedangkan kain sido mukti, kain sido luhur dan sido mulyo merupakan pakaian mempelai.
Fungsi pakaian, awalnya digunakan sebagai alat untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin maupun panas. Kemudian fungsi pakaian menjadi lebih beragam, misalnya untuk menutup aurat, sebagai unsur pelengkap upacara yang menyandang nilai tertentu, maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan keindahan.

Pada masyarakat di Jawa Tengah, khususnya di Surakarta fungsi pakaian cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik. Seperti kain kebaya fungsi praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis, yakni menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik; fungsi sosial yakni belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah menyerahkan kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi mungkin, serta memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas.


Sumber :

https://umimeika.wordpress.com/pakaian-adat-jawa-tengah/ diakses tanggal 5 februari 2016

Senin, 02 November 2015

Filsafat Pendidikan

Pendidikan sebagai ilmu

Pendidikan --> investasi yang tertinggi.

Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi - potensi yang dimiliki manusia untuk melahirkan teori - teori pendidikan (Theories of education).


Pengertian Filsafat Pendidikan

Berasal dari kata Philos, philore (cinta) dan sophos atau sophia (kebajikan, kebenaran, kebaikan).
- Ilmu yang mempelajari hakikat segala sesuatu.
- manusia - alam - Tuhan (hakikat).
- jawaban terhadap persoalan biasanya tidak pernah selesai, tidak pernah sempurna.
- Filsafat sebagai kegiatan.
- Berfilsafat berarti berfikir reflektif untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan - pertanyaan yang mendasar (radikal) dan universal.
- Jawaban tsb disusun secara otomatis dan sistematis, diuji secara kritis & terbuka untuk memperoleh kebenaran yang sesungguhnya.

Seminar

Seminar bisa berupa ulasan yang sudah ilmiah, karya ilmiah, dimana terdapat penyaji, notulis, moderator, dan pendengar (audiance).
Contoh seminar : seminar proposal, seminar entrepreneurship valentino di digital library.

Simposium : ada beberapa orang/ahli yang membahas suatu topik, dengan sudut pandang yang berbeda-beda, pendengar dapat mengajukan pertanyaan atau pendapat.

Diskusi panel : ada 3 s/d 6 orang ahli (misalnya; polisi, psikolog, kementerian pendidikan, dll) yang membahas suatu masalah yang dihadiri oleh pendengar/audiance namun audiance tidak dapat memberikan pendapat.
Contoh : membahas suatu masalah kenakalan remaja/ tawuran.


Unsur-unsur seminar :
1. Manusia, meliputi penyaji, moderator, notulis, audiance (peserta seminar)
2. Unsur materi, meliputi masalah, tema, topik pembicaraan yang akan dipecahkan.
3. Unsur fasilitas, meliputi ruangan, soundsistem, Lcd, Laptop, dll.


Minggu, 04 Oktober 2015

Retro style Fashion

Retro kependekan dari "Retrospective". Retro berasal dari bahasa latin. Retro artinya di masa lalu atau mundur. Busana retro mengacu pada cara berpakaian tahun 1940 - 1980. Sejak tahun 2012 lalu  busana retro kembali dipopulerkan oleh para designer dan rumah mode ternama.

Ciri khas busana retro yaitu dengan warna-warna yang cerah (full colour) dilengkapi dengan aksesoris yang berani, kesan yang memakainya jadi lebih bebas, gemerlap, ceria, terlihat lebih fresh, simple, sederhana, fleksibel, praktis, menyerap keringat, nyaman ketika digunakan.

Motif busana retro bermacam-macam yaitu :
* polkadot
* motif wajik
* garis-garis
* motif flora (Bunga kecil dan besar) dan fauna
* geometris
* buah-buahan
* gambar wanita cantik
* dll.

gaya retro bisa digunakan dalam berbagai kesempatan baik itu untuk acara formal hingga kasual. Tampilan dengan gaya retro selalu mengundang decak kagum dan perhatian dari khalayak karena kesan edgy and stylish.

Sejarah Perkembangan busana retro :

Tahun 1940-an : Manly Style Era

Adanya perang dunia kedua menyebabkan semakin menurunnya gaya Fashion dunia. Jumlah material yang biasa digunakan di sejumlah garmen mulai dibatasi, banyak juga pabrik-pabrik baju yang dialih-fungsikan sebagai tempat pembuatan senjata.  Pada masa ini juga ditandai dengan banyaknya buruh wanita yang digunakan sebagai tenaga kerja, Hal inilah yang kemudian memaksa kaum perempuan untuk mengenakan pakaian kaum pria, seperti blazer dengan bantalan busa pada bagian bahu yang dipadukan dengan rok selutut atau berada sedikit di bawah lutut, atau perpaduan mantel bengkel dengan bawahan wanita. Nuansa warna baju yang mereka gunakan juga cenderung monoton, lebih banyak menggunakan warna-warna netral seperti hitam, coklat dan biru tua.

Para desainer dikenakan tugas patriotik untuk membuat baju yang pantas dipakai selama bermusim-musim dengan bahan seminimal mungkin. Karena itu, rok mulai diperpendek. Lipatan dan kancing dikurangi, dan saku-saku lenyap.  Popularitas sepatu tumit tinggi digantikan oleh sepatu tumit rendah yang lebih nyaman dikenakan untuk beraktivitas. Hal ini berimbas pada reputasi Amerika yang setelah PD II berakhir, berkembang menjadi salah satu pusat sportswear terbesar di dunia.

Pada era ini, muncul trend zoot suit (pakaian yang terdiri dari stelan jaket-jaket berukuran super besar dan celana panjang baggy). Sebagai simbol dari post-war freedom, muncul fenomena kaos-kaos warna terang dengan gambar flora-fauna, buah-buahan dan wanita cantik. Garis-garis pada bikini dibuat lebih seksi, terinspirasi dari percobaan nuklir di South Pacific at Bikini Atoll. Pada akhir '40-an, para wanita mulai mencoba mengenakan rok yang lebih panjang dan "penuh", plus blus-blus bergaris feminin.

Selain itu, yang menjadi trend fashion pada  tahun 1940 adalah ikat kepala penutup rambut untuk kalangan perekerja wanita.


1950-an Awal (New Look) : Housewife Style Era

Setelah perang dunia kedua selesai, teknologi tekstil buatan mulai berkembang. Baju-baju dibuat dengan kain nilon, orlon dan dracon. Pasca perang dunia kedua, teknologi tekstil buatan mulai berkembang dengan gaya fashion lebih merujuk pada kesan yang lebih segar namun tidak tidak terlalu glamor. Trend fashion masa ini juga banyak dipengaruhi oleh artis Audrey Hepburn dengan gaya khasnya yang sering menggunakan gaun panjang serta perpaduan antara atasan yang dilengkapi mutiara dengan rok yang mengembang pada bagian bawah atau sering disebut dengan Rok Poodle. Bisa dibilang Rok Poodle menjadi simbol dekade ini yang dipopulerkan oleh anak muda pada masa itu.

Gaya berbusana populer pada tahun tersebut adalah perpaduan yang khas antara penggunaan spandek, kaos ketat panjang, dan topi lebar.


Akhir tahun 1950 :

Sementara diakhir 50-an, gaya busana berkembang ke model yang lebih urban namun tetap modis. Dipengaruhi oleh Elvis Merylin Monroe, gaya urban dan pop culture cenderung lebih ringan dan sedikit terbuka, yang disebut dengan gaya busana pin up.


Tahun 1960-an : (FUTURISMO)

Tahun 1960 awal ditandai dengan adanya invasi teknologi rumah tangga yang dapat dijangkau semua kalangan. Televisi mulai digunakan di setiap rumah tangga, mesin cuci, mobil, hingga strika sudah mulai digunakan secara luas dengan harga terjangkau.

Era ini adalah era “Masa Depan” yang lebih dikenal dengan istilah Futurismo di  dunia fashion. Mode fashion juga berubah dengan  pengaruh invasi teknologi. Fashion tahun 1960 an di dominasi busana minimalis dengan motif garis atau bintik yang mengesankan moderenitas dan arti teknologi tinggi pada zamannya.


Tahun 1960 : (CAMISETA)

Tahun 1960 juga dihiasi dengan sering munculnya gerakan-gerakan pemuda yang menentang pemerintah. Peran dan dominasi anak muda dalam perkembangan dunia diawali pada tahun 1960 ini. Tidak dapat dihitung lagi banyak pemuda yang menjadi milyader melewati masa mudanya  pada tahun 1960, seperti Steve Job dan Bill Gates.

Dominasi anak muda secara tidak langsung juga  mempengaruhi gaya berbusana masyarakat umum. Budaya memakai celana jin dan  kaos oblong  pertama kali populer pada tahun-tahun ini. Camiseta sendiri berarti Kaos dalam bahasa Spanyol.


Tahun 1960 : Hippie Era

Pada era ini, para pecinta fashion mulai menunjukkan kebosanannya terhadap pakaian dengan warna gelap dan muncullah pakaian dengan warna-warna cerah yang dilengkapi dengan motif floral. Kaum Hippie selalu identik dengan pakaian berwarna, bermotif ramai dan longgar yang menunjukkan kedekatan mereka dengan alam. Penggunaan syal atau scarf sebagai pengikat kepala juga menjadi ciri khas lain dari pecinta gaya Hippie.


Tahun 1970-an : Disco & Punk Era

Tahun 70-an bisa disebut sebagai eranya musik disco yang diiringi pula dengan berkembangnya budaya disco.  Gaya berbusana pada masa ini ditunjukkan dengan penggunaan celana yang gombrong di bagian bawah (cutbray), yang tidak lepas dari pengaruh John Travolta dalam filmnya yang terkenal “Saturday Night Fever” dengan gaya disconya. Celana cutbray dan rambut ditarik ke belakang menjadi sangat tren di masa ini.

Tahun 1970an akhir juga diramaikan dengan gaya berbusana Punk identik dengan rambut spaik tajam, baju hitam dengan ornamen metal tajam dan make-up yang mencolok. Gaya berbusana Punk  berasal dari Inggris yang kemudian menyebar di Amerika Serikat dan dunia. Awal mula budaya Punk berasal dari Inggris dan diramaikan dengan munculnya grup band beraliran Punk bernama Sex Pistols dengan lagunya yang populer pada saat itu yaitu “God Save The Queen”.


Tahun 1980-an : Yuppie Era

Perkembangan teknologi pada masa ini juga menyebabkan perubahan lifestyle. Jika dulunya kalangan pekerja didominasi oleh kaum pria, namun pada era 80-an, kaum wanita pun mulai menapaki dunia karir sehingga dijuluki dengan wanita karir. Tren busana pun lebih mengarah ke gaya pekerja kantoran yaitu Yuppie Style, yang merupakan singkatan dari “Young Urban Professional” atau “Young Upwardly – Mobile Proffesional”. Gaya berbusana Yuppie dikenal dengan pakaian-pakaian kantoran yang  rapi dengan aksen minimalis, salah satunya yang mulai menggunakan blazer dipadu dengan rok atau celana panjang dari kain.

Selain itu, tahun 1980-an juga ditandai dengan berkembangnya teknologi portable seperti radio. Nah teknologi radio kemudian memunculkan yang namanya musik jalanan yaitu musik yang diperdengarkan di tempat umum seperti jalan raya dan taman bermain. Musik bergaya jalanan dengan baju kedodoran dan nuansa outdoor bernama musik rap mulai digandrungi pada masa ini.

Bersamaan dengan itu, gaya berbusana outdoor semacam outfit fitness dan olah raga menjadi populer, khususnya wanita  yang sering menggunakan legging sebagai perpaduan outfit celana mereka.


Sumber :
http://ryanti-cantafiasaurus.blogspot.co.id/p/vintage.html Diakses pada tanggal 4 oktober 2015
https://blog.tokopedia.com/2015/01/yuk-intip-perubahan-trend-fashion-era-1920-hingga-sekarang/ Diakses pada tanggal 4 oktober
http://ladies.id/tampil-cantik-dan-stylish-dengan-retro-outfit-fashion-style-1252/ Diakses pada tanggal 4 oktober 2015
https://sustainablemovement.wordpress.com/2013/10/15/sejarah-perkembangan-fashion-di-dunia-tahun-1920-2010/ Diakses pada tanggal 4 oktober 2015


Kata kunci :
berani, terkesan lebih bebas, gemerlap, ceria, terlihat lebih fresh, simple, sederhana, fleksibel, nyaman, praktis, menyerap keringat, full colour, stylish, edgy, chic, formal, casual, lipstick merah merona,